Selasa, 15 April 2014

Kasih Sayang dan Kebersamaan

            Aku Lusi berasal dari keluarga yang serba tercukupi bisa dibilang dari keluarga yang kaya. Segala kebutuhanku pasti akan dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Namun hidupku tidaklah pamer ataupun manja atas harta yang aku miliki, karena masih banyak orang lain yang membutuhkan bantuan di luar sana. Meskipun aku berasal dari keluarga yang kaya serasa hidupku belum lengkap tanpa adanya kasih sayang orang tua. Kedua orang tuaku bekerja setiap hari tanpa merasa lelah, sehingga mereka tidak menyisakan waktu untuk bersamaku. Sering kali aku merasa kesal dengan orang tuaku, tapi itu semua bisa ku pahami untuk mencukupi semua kebutuhanku.
            Matahari muncul dari tempat istirahatnya, suara burung-burung berkicau serasa mereka menyambut pagi yang cerah ini. Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 WIB sementara aku masih asyik dengan mimpiku.
“Lusi cepat bangun nanti kamu terlambat ke sekolah.!” Kata  mama yang sedang menyiapkan sarapan.
Setengah sadar aku berusaha membuka mataku dan melihat jam beker yang berada disampingku. Aku langsung kaget dan beranjak dari tempat tidur langsung menuju kamar mandi. Di ruang makan aku menemui kedua orang tuaku, mereka langsung berpamitan dan meninggalkanku untuk bekerja. Itulah setiap hari kujalani dengan tidak ada kebersamaan dengan orang tuaku. Bekerja pagi hari sebelum aku berangkat sekolah dan pulang malam hari saat aku tidur seakan itu menjadi rutinitas kedua orang tuaku sehari-hari.
            Sopir kepercayaan papaku siap untuk mengantarku ke sekolah dan kemanapun aku pergi, dia bernama Pak Nanang. Sampai gerbang sekolah aku turun dari mobil dan  Pak Nanang bertanya kepadaku
“ Non, apakah pulang sekolah nanti dijemput lagi?” kata Pak Nanang dengan sopannya
“Iya Pak tapi jemputnya agak sore ya soalnya aku ada kerja kelompok di sekolah.” Jawabku
“Baiklah saya nanti akan jemput.” Kata Pak Nanang siap untuk manyanggupi
Aku duduk di bangku sekolah di kelas X yang sangat berkualitas dan juga fasilitas serta pendidikan yang terjamin. Biaya yang dibutuhkan juga sebanding dengan sekolahku yang sangat memadai. Kebanyakan teman-temanku sama halnya denganku hidup berkecukupan yang mampu membiayai untuk sekolah di SMA Al Irsyad ini. Namun ada juga siswa lain yang bernasib kurang beruntung sepertiku masuk sekolah ini dengan biaya seadanya dan di bantu dengan beasiswa. Salah satunya yaitu teman sekelasku dia bernama Ajeng, Ajeng berasal dari keluarga yang sederhana kurang mencukupi segala kebutuhannya.
            Pada saat jam istirahat aku dan teman-temanku yang sederajat denganku makan bersama di kantin sekolah. Di saat yang bersamaan temanku yang bernama Ajeng menjajakan nasi goreng buatan ibunya tanpa ada rasa malu sedikitpun, itulah setiap hari yang ia lakukan untuk memenuhi semua kebutuhannya. Tak lepas dari semua itu Ajeng sering diganggu atau diejek oleh siswa yang lainnya yang merasa dirinya dikulcilkan. Salah satu dari siswa kelas XI termasuk kakak kelasku yang paling ditakuti se-SMA membeli nasi gorengnya Ajeng tanpa membayar sepeserpun.
“Kak bayar dong, klo gak bayar nanti aku rugi dan dimarahi oleh ibuku.!” Kata ajeng sambil memaksa
“Emang aku pikirin itu urusan kamu yang penting aku bisa makan nasi gorengmu.” Timpal kakak kelas itu dengan tawa yang mengejek
“Tolonglah kak bayar nasi gorengnya kakak gak kasihan apa sama aku?” bujuk Ajeng
“Aku bilang gak mau bayar atau aku akan merusak semua daganganmu sehingga kamu gak bisa jualan lagi, kamu mau?” jawab kakak kelas itu dengan menyentak Ajeng.
Yang dilakukan untuk membujuk kakak itu menjadi sia-sia Ajeng tidak berani melawannya. Semua siswa yang ada di kantin memusatkan perhatian pada Ajeng  yang dimarahi habis-habisan oleh kakak kelas. Temanku yang lain malah mengejeknya dan menambahi penderitaannya. Akupun tidak tinggal diam merasa iba pada Ajeng aku langsung menghampirinya dan berusaha menghibur dan menolongnya. Ajeng mengucapkan terima kasih kepadaku sambil menangis kemudian pergi meninggalkan kantin dan siswa lain yang berusaha memojokkan dirinya.
            Kegiatan belajar mengajar berlanjut, di tengah pelajaran salah satu temanku merasa kehilangan uangnya, dia bernama Jefri. Jefri merasa panik dan langsung melapor guru yang sedang mengajar kami. Sontak semua murid yang berada dikelasku XA kaget dengan kejadian itu. Pak guru dan aku menyarankan untuk mencari uangnya kembali siapa tau Jefri lupa meletakkan uangnya. Yang dilakukan Jefry nihil ia tidak menemukan uangnya merasa kesal Jefri langsung mencurigai Ajeng dan menuduhnya. Ajeng tidak tau uang Jefri apalagi mengambilnya itu tidak mungkin. Tapi Jefri bersi keras mengatakan Ajeng yang mengambil uangnya karena saat Ajeng berjualan tadi dia tidak dibayar terhadap nasi goreng yang dijualnya dan sebagai gantinya ia mengambil uang Jefri untuk mengganti kerugiannya disamping itu dia kurang mampu mencukupi kebutuhannya. Ajeng memang serba kekurangan tapi Ajeng tidak mungkin melakukan hal itu. Semua teman sekelasku juga sependapat dengan Jefri mereka semua mencurigai Ajeng. Guru yang sedang mengajarku menyuruh semua murid diam dan mengatasi masalah ini dengan baik-baik.
            Aku langsung membela Ajeng dan memarahi Jefri yang menuduh Ajeng tanpa adanya bukti. Akupun menyuruh Jefri untuk memeriksa tas dan bangkunya Ajeng, setelah memeriksa tas dan tempat duduk Ajeng ia tidak menemukan uangnya, berarti sudah terbukti bahwa Ajeng tidak mengambil uangnya. Tidak puas dengan memeriksa tas Ajeng Jefri memaksa Ajeng utuk mengaku dan mengejeknya sehingga dia meneteskan air mata. Melihat perlakuan Jefri seperti itu aku langsung menghentikannya. Tidak lama kemudian terdengar suara pengumuman menyiarkan berita pihak sekolah menemukan uang. Jefri langsung bergegas mencari asal suara berita tersebut di ruang tata usaha. Ternyata benar uang yang dimaksud adalah uang Jefri dan Ajeng tidak mengambilnya.
            Sore hari aku pulang sekolah di jemput oleh sopirku, sesampai dirumah pembantuku menyambut kedatanganku dengan ramah dan manyiapkan makanan kesukaanku dia bernama Bi Ana. Tanpa basa basi ku langkahkan kakiku menuju kamar dengan rasa lelah yang menyelimutiku menghilangkan kepenatan membayangiku semenjak masalah di sekolah tadi. Beginilah hari-hariku hanya ditemani pembantuku dan sopirku tanpa hadirnya orang tua disisiku sering kali aku merasa bosan dengan keadaan ini. Setiap sebelum tidur aku selalu menuliskan pesan singkat yang aku tujukan untuk orang tuaku tentang hari-hariku, itu merupakan caraku untuk tetap berkomunikasi dan menjalin keakraban dengan mereka.
            Di sekolah aku melihat Ajeng terlihat murung dan menyendiri ia juga tidak berjualan hari ini, aku langsung menghampirinya ku ajak mengobrol. Kami berdua cerita panjang lebar tentang kehidupan kami masing-masing yang jauh berbeda dengan kehidupan yang aku jalani saat ini. Semenjak itu aku mulai mengajaknya bermain, mengobrol dan berteman akrab dengannya. Aku mulai penasaran dengan kehidupan Ajeng sehingga aku memutuskan untuk bermain kerumahnya, tapi Ajeng merasa malu rumahnya dikunjungi oleh teman yang ia anggap di atas derajatnya karena rumah Ajeng sempit, terlihat sedikit kotor dan berantakan. Aku tidak henti-hentinya membujuk Ajeng memperbolehkan aku bermain ke rumahnya akhirnya ia menyanggupi permintaanku.
            Setelah bel pulang sekolah Ajeng bergegas untuk mengambil sepeda miliknya, semetara aku menelpon sopirku mengabarinya untuk pergi sebentar bersama temanku. Ajeng menghampiriku dengan sepeda buntutnya.
“Lus emang kamu mau pergi menaiki sepeda buntutku ini?” kata Ajeng
“Gak papa apapun kendaraan yang kamu pakai aku tidak keberatan.”
“Aku jadi merasa gak enak sama kamu, apa kamu gak merasa malu sedikitpun denganku?”
“Sudahlah jeng tidak usah dipikirin, ayo kita berangkat!” kataku sambil memulai mengayuh sepeda.
Setelah sampai di depan rumah yang tidak begitu luas dan keadaannya terlihat kurang terawat ternyata itu adalah rumahnya Ajeng. Hatiku terasa tersentuh melihat rumah yang Ajeng tempati saat ini. Kemudian Ajeng mengajakku masuk ke dalam rumahnya. Aku langsung disambut oleh orang tuanya dan juga adiknya. Keluarga Ajeng terutama ibunya meminta maaf kepadaku karena keadaan rumah yang kurang terkondisi, itu tidak menjadi masalah buatku karena yang aku butuhkan saat ini yaitu kebersamaan.
            Aku juga dipersilahkan untuk makan siang dengan keluarga Ajeng dengan makanan seadanya dan sangat sederhana, makanan yang belum pernah ku kenali sebelumnya. Dari sini aku dapat merasakan kasing sayang di antara keluarga Ajeng yang kecil namun bahagia. HP-ku berbunyi ternyata itu telephon dari sopirku mengkhawatirkan keadaanku dan menyegerakan untuk pulang, aku memberitahu Pak Nanang untuk menjemput di rumah temanku. Pak Nanang sudah sampai aku langsung berpamitan dengan Ajeng dan orang tuanya dan mengucapkan terima kasih atas semua kebaikannya.
            Sesampai dirumah lagi-lagi aku hanya disambut oleh pembantuku dan menayakan pada Bi Ana
“Bi, apa mama dan papa sudah pulang?” tanyaku
“Belum non, tuan dan nyonya belum pulang mungkin mereka pulangnya malam.” Jawab Bi Ana
Aku menuju ke kamar langsung mandi dan ganti baju, kemudian aku berpikir kalau aku akan menyiapkan makan malam untuk orang tuaku. Dibantu dengan Bi Ana aku memasak makanan yang aku makan tadi dengan keluarga Ajeng yaitu nasi putih,  kangkung rebus, dan sambal. Setelah masakan yang kubuat sudah matang aku tidak lupa menuliskan pesan singkat untuk orang tuaku tentang pengalaman hari ini, aku memohon dan meminta untuk pergi bersama-sama besok pagi karena besok adalah hari libur.
            Keesokan harinya permintaanku dipenuhi oleh orang tuaku, kami semua pergi bersama menuju ke rumah Ajeng. Diperjalanan aku bercerita tentang kehidupan Ajeng, kedua orang tuaku juga tersentuh atas apa yang aku ceritakan. Terlihat Ajeng dan adiknya berada di teras rumah membantu ibunya menyapu. Keluarga Ajeng heran dengan kedatanganku dan orang tuaku, aku langsung memberitahu bahwa kedatangan orang tuaku ke sini ingin bertemu dan mengucapkan terima kasih sekaligus menawarkan pekerjaan pada ibunya untuk membuka usaha catering. Sebelumnya ibu Ajeng menolak setelah dibujuk akhirnya menerima tawaran dari orang tuaku dan berterima kasih kepada keluargaku. Hari ini merupakan hari yang sangat berarti untukku dapat langsung merasakan kasing sayang dan kebersamaan kedua orang tuaku yang sudah sekian lama aku harapkan dan aku tidak akan melupakan hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar