Aku Lusi
berasal dari keluarga yang serba tercukupi bisa dibilang dari keluarga yang
kaya. Segala kebutuhanku pasti akan dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Namun
hidupku tidaklah pamer ataupun manja atas harta yang aku miliki, karena masih
banyak orang lain yang membutuhkan bantuan di luar sana. Meskipun aku berasal
dari keluarga yang kaya serasa hidupku belum lengkap tanpa adanya kasih sayang
orang tua. Kedua orang tuaku bekerja setiap hari tanpa merasa lelah, sehingga
mereka tidak menyisakan waktu untuk bersamaku. Sering kali aku merasa kesal
dengan orang tuaku, tapi itu semua bisa ku pahami untuk mencukupi semua
kebutuhanku.
Matahari muncul dari tempat
istirahatnya, suara burung-burung berkicau serasa mereka menyambut pagi yang
cerah ini. Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 WIB sementara aku masih asyik
dengan mimpiku.
“Lusi
cepat bangun nanti kamu terlambat ke sekolah.!” Kata mama yang sedang menyiapkan sarapan.
Setengah
sadar aku berusaha membuka mataku dan melihat jam beker yang berada
disampingku. Aku langsung kaget dan beranjak dari tempat tidur langsung menuju
kamar mandi. Di ruang makan aku menemui kedua orang tuaku, mereka langsung
berpamitan dan meninggalkanku untuk bekerja. Itulah setiap hari kujalani dengan
tidak ada kebersamaan dengan orang tuaku. Bekerja pagi hari sebelum aku
berangkat sekolah dan pulang malam hari saat aku tidur seakan itu menjadi
rutinitas kedua orang tuaku sehari-hari.
Sopir kepercayaan papaku siap untuk
mengantarku ke sekolah dan kemanapun aku pergi, dia bernama Pak Nanang. Sampai
gerbang sekolah aku turun dari mobil dan
Pak Nanang bertanya kepadaku
“
Non, apakah pulang sekolah nanti dijemput lagi?” kata Pak Nanang dengan
sopannya
“Iya
Pak tapi jemputnya agak sore ya soalnya aku ada kerja kelompok di sekolah.”
Jawabku
“Baiklah
saya nanti akan jemput.” Kata Pak Nanang siap untuk manyanggupi
Aku duduk
di bangku sekolah di kelas X yang sangat berkualitas dan juga fasilitas serta
pendidikan yang terjamin. Biaya yang dibutuhkan juga sebanding dengan sekolahku
yang sangat memadai. Kebanyakan teman-temanku sama halnya denganku hidup berkecukupan
yang mampu membiayai untuk sekolah di SMA Al Irsyad ini. Namun ada juga siswa
lain yang bernasib kurang beruntung sepertiku masuk sekolah ini dengan biaya
seadanya dan di bantu dengan beasiswa. Salah satunya yaitu teman sekelasku dia
bernama Ajeng, Ajeng berasal dari keluarga yang sederhana kurang mencukupi
segala kebutuhannya.
Pada saat jam istirahat aku dan
teman-temanku yang sederajat denganku makan bersama di kantin sekolah. Di saat
yang bersamaan temanku yang bernama Ajeng menjajakan nasi goreng buatan ibunya
tanpa ada rasa malu sedikitpun, itulah setiap hari yang ia lakukan untuk
memenuhi semua kebutuhannya. Tak lepas dari semua itu Ajeng sering diganggu atau
diejek oleh siswa yang lainnya yang merasa dirinya dikulcilkan. Salah satu dari
siswa kelas XI termasuk kakak kelasku yang paling ditakuti se-SMA membeli nasi
gorengnya Ajeng tanpa membayar sepeserpun.
“Kak
bayar dong, klo gak bayar nanti aku rugi dan dimarahi oleh ibuku.!” Kata ajeng
sambil memaksa
“Emang
aku pikirin itu urusan kamu yang penting aku bisa makan nasi gorengmu.” Timpal
kakak kelas itu dengan tawa yang mengejek
“Tolonglah
kak bayar nasi gorengnya kakak gak kasihan apa sama aku?” bujuk Ajeng
“Aku
bilang gak mau bayar atau aku akan merusak semua daganganmu sehingga kamu gak
bisa jualan lagi, kamu mau?” jawab kakak kelas itu dengan menyentak Ajeng.
Yang
dilakukan untuk membujuk kakak itu menjadi sia-sia Ajeng tidak berani
melawannya. Semua siswa yang ada di kantin memusatkan perhatian pada Ajeng yang dimarahi habis-habisan oleh kakak kelas.
Temanku yang lain malah mengejeknya dan menambahi penderitaannya. Akupun tidak
tinggal diam merasa iba pada Ajeng aku langsung menghampirinya dan berusaha
menghibur dan menolongnya. Ajeng mengucapkan terima kasih kepadaku sambil
menangis kemudian pergi meninggalkan kantin dan siswa lain yang berusaha
memojokkan dirinya.
Kegiatan belajar mengajar berlanjut,
di tengah pelajaran salah satu temanku merasa kehilangan uangnya, dia bernama
Jefri. Jefri merasa panik dan langsung melapor guru yang sedang mengajar kami.
Sontak semua murid yang berada dikelasku XA kaget dengan kejadian itu. Pak guru
dan aku menyarankan untuk mencari uangnya kembali siapa tau Jefri lupa
meletakkan uangnya. Yang dilakukan Jefry nihil ia tidak menemukan uangnya
merasa kesal Jefri langsung mencurigai Ajeng dan menuduhnya. Ajeng tidak tau
uang Jefri apalagi mengambilnya itu tidak mungkin. Tapi Jefri bersi keras
mengatakan Ajeng yang mengambil uangnya karena saat Ajeng berjualan tadi dia
tidak dibayar terhadap nasi goreng yang dijualnya dan sebagai gantinya ia
mengambil uang Jefri untuk mengganti kerugiannya disamping itu dia kurang mampu
mencukupi kebutuhannya. Ajeng memang serba kekurangan tapi Ajeng tidak mungkin
melakukan hal itu. Semua teman sekelasku juga sependapat dengan Jefri mereka
semua mencurigai Ajeng. Guru yang sedang mengajarku menyuruh semua murid diam
dan mengatasi masalah ini dengan baik-baik.
Aku langsung membela Ajeng dan
memarahi Jefri yang menuduh Ajeng tanpa adanya bukti. Akupun menyuruh Jefri
untuk memeriksa tas dan bangkunya Ajeng, setelah memeriksa tas dan tempat duduk
Ajeng ia tidak menemukan uangnya, berarti sudah terbukti bahwa Ajeng tidak
mengambil uangnya. Tidak puas dengan memeriksa tas Ajeng Jefri memaksa Ajeng
utuk mengaku dan mengejeknya sehingga dia meneteskan air mata. Melihat
perlakuan Jefri seperti itu aku langsung menghentikannya. Tidak lama kemudian
terdengar suara pengumuman menyiarkan berita pihak sekolah menemukan uang.
Jefri langsung bergegas mencari asal suara berita tersebut di ruang tata usaha.
Ternyata benar uang yang dimaksud adalah uang Jefri dan Ajeng tidak
mengambilnya.
Sore hari aku pulang sekolah di
jemput oleh sopirku, sesampai dirumah pembantuku menyambut kedatanganku dengan
ramah dan manyiapkan makanan kesukaanku dia bernama Bi Ana. Tanpa basa basi ku
langkahkan kakiku menuju kamar dengan rasa lelah yang menyelimutiku
menghilangkan kepenatan membayangiku semenjak masalah di sekolah tadi.
Beginilah hari-hariku hanya ditemani pembantuku dan sopirku tanpa hadirnya
orang tua disisiku sering kali aku merasa bosan dengan keadaan ini. Setiap
sebelum tidur aku selalu menuliskan pesan singkat yang aku tujukan untuk orang
tuaku tentang hari-hariku, itu merupakan caraku untuk tetap berkomunikasi dan
menjalin keakraban dengan mereka.
Di sekolah aku melihat Ajeng
terlihat murung dan menyendiri ia juga tidak berjualan hari ini, aku langsung
menghampirinya ku ajak mengobrol. Kami berdua cerita panjang lebar tentang kehidupan
kami masing-masing yang jauh berbeda dengan kehidupan yang aku jalani saat ini.
Semenjak itu aku mulai mengajaknya bermain, mengobrol dan berteman akrab dengannya.
Aku mulai penasaran dengan kehidupan Ajeng sehingga aku memutuskan untuk
bermain kerumahnya, tapi Ajeng merasa malu rumahnya dikunjungi oleh teman yang
ia anggap di atas derajatnya karena rumah Ajeng sempit, terlihat sedikit kotor
dan berantakan. Aku tidak henti-hentinya membujuk Ajeng memperbolehkan aku
bermain ke rumahnya akhirnya ia menyanggupi permintaanku.
Setelah bel pulang sekolah Ajeng bergegas
untuk mengambil sepeda miliknya, semetara aku menelpon sopirku mengabarinya
untuk pergi sebentar bersama temanku. Ajeng menghampiriku dengan sepeda
buntutnya.
“Lus
emang kamu mau pergi menaiki sepeda buntutku ini?” kata Ajeng
“Gak
papa apapun kendaraan yang kamu pakai aku tidak keberatan.”
“Aku
jadi merasa gak enak sama kamu, apa kamu gak merasa malu sedikitpun denganku?”
“Sudahlah
jeng tidak usah dipikirin, ayo kita berangkat!” kataku sambil memulai mengayuh
sepeda.
Setelah
sampai di depan rumah yang tidak begitu luas dan keadaannya terlihat kurang
terawat ternyata itu adalah rumahnya Ajeng. Hatiku terasa tersentuh melihat
rumah yang Ajeng tempati saat ini. Kemudian Ajeng mengajakku masuk ke dalam
rumahnya. Aku langsung disambut oleh orang tuanya dan juga adiknya. Keluarga
Ajeng terutama ibunya meminta maaf kepadaku karena keadaan rumah yang kurang
terkondisi, itu tidak menjadi masalah buatku karena yang aku butuhkan saat ini
yaitu kebersamaan.
Aku juga dipersilahkan untuk makan
siang dengan keluarga Ajeng dengan makanan seadanya dan sangat sederhana,
makanan yang belum pernah ku kenali sebelumnya. Dari sini aku dapat merasakan
kasing sayang di antara keluarga Ajeng yang kecil namun bahagia. HP-ku berbunyi
ternyata itu telephon dari sopirku mengkhawatirkan keadaanku dan menyegerakan
untuk pulang, aku memberitahu Pak Nanang untuk menjemput di rumah temanku. Pak
Nanang sudah sampai aku langsung berpamitan dengan Ajeng dan orang tuanya dan
mengucapkan terima kasih atas semua kebaikannya.
Sesampai dirumah lagi-lagi aku hanya
disambut oleh pembantuku dan menayakan pada Bi Ana
“Bi,
apa mama dan papa sudah pulang?” tanyaku
“Belum
non, tuan dan nyonya belum pulang mungkin mereka pulangnya malam.” Jawab Bi Ana
Aku
menuju ke kamar langsung mandi dan ganti baju, kemudian aku berpikir kalau aku
akan menyiapkan makan malam untuk orang tuaku. Dibantu dengan Bi Ana aku
memasak makanan yang aku makan tadi dengan keluarga Ajeng yaitu nasi
putih, kangkung rebus, dan sambal.
Setelah masakan yang kubuat sudah matang aku tidak lupa menuliskan pesan
singkat untuk orang tuaku tentang pengalaman hari ini, aku memohon dan meminta
untuk pergi bersama-sama besok pagi karena besok adalah hari libur.
Keesokan harinya permintaanku
dipenuhi oleh orang tuaku, kami semua pergi bersama menuju ke rumah Ajeng.
Diperjalanan aku bercerita tentang kehidupan Ajeng, kedua orang tuaku juga
tersentuh atas apa yang aku ceritakan. Terlihat Ajeng dan adiknya berada di
teras rumah membantu ibunya menyapu. Keluarga Ajeng heran dengan kedatanganku
dan orang tuaku, aku langsung memberitahu bahwa kedatangan orang tuaku ke sini
ingin bertemu dan mengucapkan terima kasih sekaligus menawarkan pekerjaan pada
ibunya untuk membuka usaha catering. Sebelumnya ibu Ajeng menolak setelah
dibujuk akhirnya menerima tawaran dari orang tuaku dan berterima kasih kepada
keluargaku. Hari ini merupakan hari yang sangat berarti untukku dapat langsung
merasakan kasing sayang dan kebersamaan kedua orang tuaku yang sudah sekian
lama aku harapkan dan aku tidak akan melupakan hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar